MENGENAL MAKANAN HALAL BAGI MASYARAKAT
OLEH-OLEH SAROJA DARI TAMBAKSARI
Oleh : Rena Puspitasari
Daerah
Tambaksari merupakan suatu Kecamatan yang berada
di tenggara Kota Ciamis.
Tambaksari merupakan pintu gerbang
Kabupaten Ciamis sekaligus sebagai pintu
gerbang Jawa Barat yang berbatasan dengan Jawa Tengah. Nama
Tambaksari sudah banyak dikenal
orang sejak zaman pra kemerdekaan.
Alhamdulillah, Allah memberi anugrah kepada masyarakat dengan kekayaan alam dan keindahan alam
Tambaksari yang berada di pegunungan.
Banyak nikmat-nikmat dari Allah
yang diberikan kepada
makhluk-Nya.
Dengan
kemajuan zaman kini Tambaksari
banyak menjadi obyek Kuliah Kerja
Nyata (KKN) mahasiswa dari beberapa Perguruan
Tinggi baik yang berada di Ciamis ataupun yang di luar Ciamis. Masyarakat Tambaksari
dengan adatnya sebagai urang Sunda mudah
akrab dan tetap memegang budaya Sunda.
Salah satu Perguruan Tinggi yang kini mengadakan KKN
di Kecamatan Tambaksari
yaitu dari Institut Agama Islam
Cipasung (IAIC) Tasikmalaya. Dirasakan
sendiri oleh mahasiswa
bahwa sangat mudah akrab dengan masyarakat. Kunjungan peserta KKN
ke berbagai lembaga pendidikan formal ataupun non formal disambut
dengan ramah dan menyenangkan.
Banyak
makanan yang menjadi khas Tambaksari seperti Saroja, Papais, Awug,
Sale, Kiripik, Ranginang, Opak,
Tengteng, Apem, Putri Noong, Hades, Wajit
dan sebagainya. Makanan ini
kadang terdapat juga
di daerah lain dengan nama yang
berbeda.
Ada suatu pengalaman unik cerita dari orang Tambaksari. Suatu waktu membawa oleh-oleh Saroja
ke Jakarta, bertemu
dengan temannya sebutlah orang
Kalimantan. Orang Kalimantan merasakan enaknya makan saroja tersebut. Sehingga dia memesan
kepada orang Ciamis untuk
dibawakan mentahan saroja. Otomatis orang
Ciamis menjawab bahwa mentahan
Saroja adalah tepung
beras. Karena Saroja dibuat langsung
jadi dengan menggunakan
cetakan dari tepung beras yang dicampur air langsung digoreng tanpa melalui proses pementahan. Berbeda dengan kerupuk.
Kini di mana-mana dalam acara
hajatan atau pesta, saroja dan
ranginang serta makanan khas
lainnya selalu tampil menghiasi
stoples-stoples yang siap santap.
Nilai yang
dapat ditanamkan kepada masyarakat bahwa kita
sebagai Urang Sunda jangan
berkecil hati dengan adanya makanan khas kita. Bersyukurlah kepada Allah Swt kita dikaruniai tanah dan daerah yang subur. Justeru makanan
ini harus dijaga kelestariannya agar
tetap bisa diteruskan
pada anak cucu kita nanti. Kini
banyak makanan dari luar yang
masuk ke negeri kita yang
kadang masih diragukan
kehalalannya. Mudah-mudahan
nanti pulang KKN ke Cipasung juga
dapat membawa oleh-oleh Saroja
dan ranginang ala Tambaksari.**
(Rena KKN IAIC)
Ket Foto :
Ket Foto :
1. Saroja dan Ranginang khas Tambaksari
2. Salah satu pameran hasil karya ibu-ibu Desa Mekarsari pada
Lomba makanan Non Beras di Bale Desa Mekarsari
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !