GROUP
SENI LIGAR MUNGGARAN
HIASI ACARA SAMEN
Salah
satu kecintaan pada
budaya bangsa adalah dengan
melestarikan kesenian daerah.
Kesenian yang dimaksud
adalah kesenian khas Sunda
yang berada di
Jawa Barat. Kesenian ini
diberi nama “Ligar
Munggaran” yang diasuh
oleh guru-guru SMPN 4 Rancah
dengan pembina utama Aan.
Beliau sebagai seorang
seniman yang banyak
menurunkan ilmunya kepada
para generasi muda
untuk tetap lestarinya
budaya Sunda yang
kita cintai ini...
Para siswa-siswi diarahkan untuk mencintai
budaya sendiri dengan
acara pementasan seperti pada
acara akhir tahun
seperti ini. Semua
hadirin bersuka ria
mendengar lantunan musik degung
khas parahiangan. Banyak
yang meneteskan air
mata karena saking
terharunya dengan lantunan degung sunda
ini.
Upacara
adat juga ditampilkan dengan hiasan beberapa
personil seperti ada
lengser, ada gulang-gulang, pamayung, para mojang pengiring dan yang
paling utama adalah
adanya “panganten”.
Panganten dalam hal
ini diambil dari
siswa kelas 9 putra putri.
Yang putra diwakili
oleh... dari kelas 9 C. Sedangkan
yang pengantin putri yaitu
Silvi dari kelas 9 .
Semua
serba berjalan indah
dan mengundang keharuan.
Karena ini merupakan
acara “perpisahan” dengan kelas 9.
Namun bukan berarti
pisah untuk selamanya.... dalam lantunan
lagu Pileueleuyan juga
dikatakan bahwa
...”......anggang soteh na reretan....” artinya hanya berjauhan
jasmani saja tetapi jiwa
atau rohani tetap
saling berdekatan dan
saling mengingat... Murid jangan
mengkhilafkan / melupakan
pada jasa guru... dimana dan kapanpun, guru
tetap guru. Jangan
ada istilah “kurut guru” (bekas
guru). Ada peribahasa
Sunda yang sering
diungkapkan “Guru, Ratu Wong atua
karo...” Sebelum menghormati
Raja, maka yang
terlebih dahulu adaalah
Guru. Bagaimana pun guru
itu harus diajenan
alias dihormati .
Cium
tangan pada kepala Sekolah dengan nada yang hormat
dan rendah menandakan pamit
untuk meneruskan jenjang
pendidikan pada yang lebih
tinggi lagi.... Dengan
nada yang terbata-bata
pula kepala Sekolah—atas nama
semua guru memberi
do’a restu untuk berjuang
dalam mencari ilmu demi
masa depan yang
gemilang.
Jabat
erat dengan ketua
komite (Rosad Setiawan, BA) menandakan “ijab
kobul” penyerahan fihak sekolah
pada orang tua sebaga “lulubaran” telah mendidik putra-putri selama
3 tahun dan
kini dipasrahkan lagi
pada orang tua untuk
melanjutkan pendidikan....
Selamat
jalan anakku... semoga keberhasilan
dan kesuksesan menyertai
kalian.... Amiin...
Cisontrol,
Juni 2016---Aazkos BTQ
Foto: Rosad Setiawan, BA. Ketua Komite SMPN 4 Rancah
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !