ADAKAN PELATIHAN GURU MADRASAH DINIYAH
Pendidikan Madrasah
Diniyah yang berstatus non
formal kadang masih
banyak “tertinggal” dibanding dengan
pendidikan formal. Namun
walau demikian keadaan
pendidikan Madrasah Diniyah
yang diolah oleh para ustadz-ustadzah terus
berjalan dengan penuh kesabaran. Meniti wanci
menumpu waktu yang kadang banyak
rintangan yang harus dihadapi oleh
para ustadz – ustadzah...
Berbagai fasilitas seperti buku-buku, kitab, tempat belajar dan lainnya dirasa belum
maksimal dibanding dengan
pendidikan non formal lainnya. Apalagi jauh berbeda dengan pendidikan formal yang selalu diperhatikan oleh Pemerintah.
Kini keadaan Madrasah Diniyah
di daerah Tambaksari belum semuanya mengenal akan
kurikulum pendidikan yang telah diberikan oleh Kemenag tahun 2008. Mereka masih banyak menggunakan sistim tradisional yang disajikan oleh para
ustadz-ustadzah. Ini suatu hal
yang harus difikirkan oleh instansi
atau lembaga yang menangani masalah kemadrasahan, jauhnya lagi oleh Pemerintah. Karena kalau mengandalakan para
guru ngaji masih banyak
yang yang berpendidikan formalnya nya di
bawah SMA.
Pada hari
Kamis, 25 Agustus 2016 bertempat
di gedung PKK Tambaksari, diadakn pelatihan bagi Guru
Madrasah. Program ini
diadakan oleh Kelompok
KKN dari Mahasiswa STAI Putra
Galuh Ciamis. Dalam kesempatan tersebut
hadir sebagai pemateri yaitu DR. Mohammad Aip Maptuh Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok
Pesantren Kementrian Agama Kabupaten
Ciamis.
Bahasan yang disajikan
adalah Teknis Kurikulum Madrasah Diniyah
Takmiliyah.
Di dalamnya dibahas
tentang Pengertian Kurikulum,
Regulasi, Prinsip Peaksanaan Kurikulum,
Struktur Kuri-kulum, Pengelolaan
dan Pengembangan Kurikulum dan
Arah Pengembangan Kurikulum.
Pelatihan ini diikuti oleh para ustadz-ustadzah yang berada di 2
desa yaitu Desa Mekarsari dan Desa
Tambaksari. Hadir dalam
kesempatan tersebut Ketua FKDT ( Forum Komunikasi Diniyah
Takmiliyah) Kecamatan Tambaksari, Dadi Abdul Khoer, S.Pd
beserta Kepala Desa Tambaksari
yang diwakili oleh Sekdes
Tambaksari.
Beberapa Keluhan
Mungkin keluhan yang disampaikan oleh salah seorang Ustadzah madrasah dari Kecamatan Tambaksari, Hj. Jeje dari DTA At-Tasyakur Cipasang ; dirasa pula oleh para ustadz-ustadzah lainnya. Dia mengeluhkan bahwa kini anak-anak remaja yang baru SMP saja kadang sudah enggan untuk pergi ke Madrasah. Sangat jauh sekali berbeda dengan masa 15-20 yang silam. Kini anak-anak SMP dan SMA sudah banyak yang meninggalkan bangku madrasah. Kadang mereka belajar hanya “tahunan” saja yaitu di bulan Ramadhan, itupun kadang tidak full hanya beberapa waktu saja.
Masalah ini tentu harus
menjadi pemikiran para
orang tua, bukan
hanya ustadz saja. Karena
kewajiban mendidik itu
intinya tanggung jawab
para orang tua. Ustadz hanya menerima
titipan saja untuk mengajar putra-putrinya. Namun kadang orang tua juga tidak peduli akan pendidikan putra-putrinya terutama pendidikan keagamaan. Padahan pendidikan ini sangat penting ditanamkan sejak dini.
titipan saja untuk mengajar putra-putrinya. Namun kadang orang tua juga tidak peduli akan pendidikan putra-putrinya terutama pendidikan keagamaan. Padahan pendidikan ini sangat penting ditanamkan sejak dini.
Kang Aip mengumpamakan dengan
sistem pembelajaran tempo
dulu bagi anak,
ada istilah “papageran”.
Anak sewaktu mulai masuk
sekolah
belajar menulis itu
dengan membentuk angka satu. Terus
sampai berapa puluh dalam sebarisnya. Inilah
disebut oleh para orang tua “papageran”. Membuat tulisan
layaknya membuat pagar. Nah,
bila gambar “pagar”
nya sudah bagus
tentu ada harapan
untuk tulisan selanjutnya menjadi
bagus pula.
Bila diumpamakan
kepada akhlak anak
tentu sejak dini
anak dituntut untuk “ajeg” / lempeng.
Mengenal yang diatas (Alloh) harus
ditanamkan sejak dini. Maka ilmu tauhid
ini perlu diajarkan
sejak dini.
Kalau akhlak ini
tidak ditanamkan maka bisa-bisa jadi “tidak ajeg” akhirnya kurang pengertian
akan ilmu tauhid. Seperti halnya
membuat “papageran” kalau pagernya
runtuh malah akan nubruk pager
tersebut, alias melanggar hukum..
Selain itu masalah
yang disampaikan oleh Ustadz Juju Jaenudin (Mantan Ketua FKDT Kec. Tambaksari) yang mengeluhkan tentang
Ijzah Diniyah. Sejak beberapa
tahun ke belakang Madrasah Diniyah
telah mengeluarkan Ijazah Diniyah. Tapi buktinya ?? Ijazah ya ijazah..
tapi kegunaanya seperti tidak
dihiraukan. Buat apa ijazah tersebut ?
Katanya untuk persyaratan masuk SMP/SMA.
Buktinya kadang teu ditanya-tanya
acan... Inilah masih lemahnya alias
kurang perhatiannya para pegawai di Lembaga Formal
terhadap pendidikan non formal.
Semoga dengan terjunnya ke
Tambaksari, Kang Aip
bisa mewakili suara
para ustadz-ustdzah untuk disampaikan dan dikelola oleh lembaga
yang menangani Madrasah yaitu
di Kementrian Agama Kabupaten
Ciamis.
Terima kasih
kepada ade-ade mahasiswa STAI
Putra Galuh Ciamis yang telah menyelenggarakan
acara ini. ** (HJ-Azkos)
--- Ket. Foto (kedua dar atas) :
Dari kiri : DR. Moh. Aip Maftuh, Dadi Abdul Khoer (Ket. FKDT Kec. Tambaksari) dan Kades Tambaksari.
Para peserta Pelatihan Guru Madrasah. (Foto : azkos--HJ)
Foto paling bawah : ...Gaya KKN yang .... selarasss...
--- Ket. Foto (kedua dar atas) :
Dari kiri : DR. Moh. Aip Maftuh, Dadi Abdul Khoer (Ket. FKDT Kec. Tambaksari) dan Kades Tambaksari.
Para peserta Pelatihan Guru Madrasah. (Foto : azkos--HJ)
Foto paling bawah : ...Gaya KKN yang .... selarasss...
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !